Senin, Oktober 20, 2008

Edisi Mei 2007

Penghuni Syurga



Di suatu waktu, Rasulullah SAW sedang duduk-duduk dengan sahabatnya. Di tengah perbincangan, tiba-tiba beliau mengatakan, “Sebentar lagi penghuni surga akan masuk kemari”. “Penghuni surga?” Gumam mereka. Seluruh pandangan mereka tertuju pada pintu masjid dengan bayangan akan datangnya sosok yang luar biasa.

Sesaat kemudian datanglah seseorang dengan air wudhu yang membasahi wajahnya seraya menjinjing sepasang alas kaki. Para sahabat diselimuti tanda Tanya besar, apakah keistimewaan orang tersebut sehingga Rasulullah SAW mengatakan akan mendapatkan jaminan surga? Semua hadirin merindukan jawabannya tanpa seorang pun berani bertanya.

Keesokan harinya kejadian ini terulang lagi. Perkataan Rasulullah SAW tak beda dengan apa yang diucapkannya kemarin. Bahkan, sampai hari ketiga pun Rasulullah SAW tetap mengatakan hal yang sama.

Seorang di antara para sahabat itu, yaitu Abdullah ibnu ‘Amr begitu penasaran. Walaupun ia tak berani bertanya dan khawatir jawaban yang ia dapat tidak memuaskan. Terbetiklah satu niatan di benak Abdullah. Ia akan meminta izin pada “Penghuni Surga” untuk menginap di rumahnya selama tiga hari, dengan alas an telah terjadi sebuah kesalahpahaman antara dirinya dan orang tuanya. Padahal sebenarnya, Abdullah ingin melihat secara langsung amalan apa yang dilakukannya sehingga oleh Rasulullah SAW ia disebut sebagai penghuni surga.

Tiga hari tiga malam Abdullah memperhatikan gerak-gerik si penghuni surga. Tak ada satu pun yang istimewa. Tak ada ibadah khusus yang dilakukannya. Bahkan, ia tidur dengan nyenyaknya hingga beberapa saat sebelum fajar. Dalam tidurnya sesekali ia terbangun dan menyebut asma Allah. Tak lama setelah itu ia pun larut kembali dalam tidurnya. Di pagi harinya, ia bekerja dengan tekun. Ia pergi ke pasar sebagaimana layaknya orang-orang lain.

Abdullah menyangka, pasti ada yang disembunyikan oleh si penghuni surga yang tidak diketahui Abdullah. Ia harus segera berterus-terang pada si penghuni surga seraya bertanya, “Apakah yang anda lakukan sehingga Rasulullah SAW mengatakan anda mendapat jaminan surga?” tanya Abdullah.

“Apa yang anda lihat itulah, jawab si penghuni surga. Dengan kecewa Abdullah bermaksud kembali ke rumahnya. Tapi secara tiba-tiba tangannya dipegang oleh si Penghuni Surga seraya berkata, “Apa yang anda lihat, itulah yang saya lakukan, ditambah lagi, saya tak pernah merasa iri hati terhadap orang lain yang dianugerahi nikmat oleh Allah SWT. Tak pernah pula saya melakukan penipuan dalam aktivitas yang saya lakukan”.

“Rupanya amalan anda mendapatkan jaminan surga”, kata Abdullah dengan menundukkan kepala seraya mohon pamit untuk pergi meninggalkan si Penghuni Surga.


Kisah tersebut disadur dari buku
Faidh an-Nubuwwah
dan ditulis kermbali oleh
M. Quraish Shihab dalam Lantera Hati



0 komentar:

Posting Komentar

 
Kubah Senapelan © 2008 Design Template by Muhammad Thohiran