Senin, Oktober 20, 2008

Edisi Mei 2007

Membangun Peradaban Tauhidy
dan Reformasi Moral

OLEH : Drs. H. WAN ABU BAKAR Ms, Msi



Pada prinsipnya, peringatan hari kelahiran (maulid) Nabi Muhammad SAW tidak pernah dilaksanakan oleh Nabi dan khulafa’urrasyidin. Karena itu peringatan maulid Nabi Muhammad SAW bukan bagian dari ibadah yang ditentukan syariat, karena Nabi SAW dan sahabat tidak pernah menganjurkan untuk diperingati. Peringatan maulid Nabi SAW untuk pertama kali baru dilaksanakan pada masa seorang panglima perang muslim, yakni Salahuddin al-Ayyubi.


Salahuddin menilai bahwa umat Islam sudah mulai lari dari jiwa dan semangat ajaran agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Sebagian besar umat Islam pada waktu itu sudah mulai melenceng dari ajaran Muhammad SAW dan banyak disibukkan oleh kepentingan duniawi dan materi. Untuk itu, perlu kembali mempelajari sirah nabawiyyah dalam rangka meningkatkan kecintaan umat Islam kepada nabi dan ajaran yang dibawanya, yaitu, dinul Islam.

Inilah di antara latar belakang dilaksanakannya peringatan maulid Nabi SAW sampai saat ini. Karena itu, sangat ironis jika peringatan maulid Nabi Muhammad SAW hanya dijadikan serimonial tahunan saja tanpa ada kesan sedikitpun terhadap peningkatan kecintaan kita kepada beliau dan agama Islam. Sangat rugi ketika umat Islam merasa ada yang kurang jika tidak memperingati maulid Nabi SAW, tetapi merasa tidak rugi jika substansi dari peringatan itu tidak diraihnya.

Memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW tidaklah sebatas membaca dan mengulang kisah-kisah peristiwa yang terjadi di saat beliau dilahirkan. Yang terpenting adalah bagaimana dengan memperingati ini kita bisa mengetahui dengan benar ajaran yang dibawa Nabi SAW itu sendiri dan apa rahasia kesuksesan pengembangan risalah islamiyah. Dalam konteks inilah peringatan maulid Nabi SAW baru bermanfaat ketika kita berusaha meneladani beliau dalam setiap aspek kehidupan.

Muhammad SAW yang kita peringati hari lahirnya ini adalah sosok manusia paripurna yang belum ada tandingannya. Hal ini diakui tidak hanya oleh kita umatnya, tetapi juga diakui para ahli dari Barat yang jujur dalam menilai perjalanan sejarah kehidupannya. Muhammad SAW merupakan figur ideal yang dalam dirinya terhimpun pola kehidupan yang komprehensif dan lengkap.

Memperingati maulid Nabi SAW berarti kita mempelajari dan menghayati kisah sukses seorang pengemban risalah ilahiyyah yang telah berhasil merubah peradaban manusia dari peradaban hewani kepada peradaban Islami. Inilah yang patut menjadi teladan bagi kita dalam kehidupan modern ini.

Misi utama diutusnya Muhammad SAW adalah dalam rangka membangun tatanan masyarakat yang memiliki peradaban tauhidy. Peradaban tauhidy adalah peradaban yang menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman dan ketauhidan kepada Allah SWT dan melepaskan manusia dari kungkungan dan belenggu bendawi atau materi. Manusia dibebaskan dari sifat dan sikap ketergantungan mutlak kepada materi. Manusia diajarkan untuk menyerahkan dirinya secara total kepada nilai-nilai tauhid kepada Allah SWT. Sehingga arah dan jalan hidup manusia menjadi terarah yang pada gilirannya menghasilkan kehidupan yang berkualitas. Walhasil, peradaban Arab yang bersifat dirinya secara total kepada nilai-nilai tauhid kepada Allah SWT. Sehingga arah dan jalan hidup manusia menjadi terarah yang pada gilirannya menghasilkan kehidupan yang berkualitas.

Walhasil, peradaban Arab yang bersifat syirki dengan berbagai sifatnya terkikis secara sempurna. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT, Katakanlah: “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya". (QS. Al-Kahfi:110)

Peradaban tauhidy sesungguhnya amat urgen dan relevan bagi kita saat ini, terutama mengingat derasnya arus pergeseran orientasi hidup. Secara jujur kita akui bahwa peradaban manusia hari ini sudah dikungkungi oleh bermacam-macam paham dan gaya hidup, yang semuanya bermuara kepada supremasi materi. Orientasi manusia telah terjebak kepada orientasi terendah dan kepentingan sesaat yang sering melupakan kepentingan jangka panjang. Paham seperti ini sangat berpengaruh terhadap perilaku sehari-hari, sehingga manusia tidak jarang diperbudak kesenangan yang bersifat sementara.

Dalam diri manusia mesti didominasi oleh nilai Ilahi, lepas dari belenggu materi. Maka dari itu timbullah kemerdekaan diri sehingga berani melakukan yang haq dan menjauhkan dari yang bathil. Sifat ketergantungan pada orang lain menjadi hilang dan kepercayaan diri yang dilandasi semangat keimanan semakin bertambah.

Misi kedua adalah dalam rangka melakukan transformasi sosial menuju masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan akhlak. Muhammad SAW berhasil membentuk moralitas umat manusia dan mengangkat mereka dari kondisi dimana terjadi dekadensi moral. Misi perbaikan moral ini sangat sukses sehingga moral masyarakat Arab Jahiliyyah yang sangat rendah akhirnya menjadi masyarakat madani, terutama setelah keberhasilan Nabi SAW membentuk negara Islam pertama, yaitu Negara Madinah. Bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Saya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik”.

Reformasi moral seperti ini sangat relevan juga dengan kondisi masyarakat sekarang, yang mengalami degradasi moral dalam berbagai bidang kehidupan. Ada beberapa factor yang mendukung keberhasilan misi dakwah Nabi SAW yang patut menjadi acuan bagi kita dalam membangun masyarakat. Faktor terpenting adalah dengan melekatnya pada diri Nabi SAW itu empat karakter yang ideal, yaitu siddiq yang berarti benar. Amanah, yaitu jujur. Fathonah, yaitu cerdas. Tabligh, yaitu menyampaikan kebenaran. Empat sifat inilah yang amat mendukung keberhasilan misi reformasi Nabi Muhammad SAW.

Momen peringatan maulid Nabi SAW mesti menjadi wahana untuk mengaktualisasikan empat karakter di atas dalam kehidupan modern saat ini. Sehingga Nabi SAW betul-betul dijadikan panutan dan teladan dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari oleh semua lapisan masyarakat dalam profesi masing-masing. Allah SWT telah menekankan kepada kita, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab:21)


Dikutip dari tulisan
Drs. H. Wan Abu Bakar MS, Msi
dalam bukunya
“Menjadikan Islam Sebagai Sikap Hidup & Modal Membangun”,

Alaf Riau, 2006.


0 komentar:

Posting Komentar

 
Kubah Senapelan © 2008 Design Template by Muhammad Thohiran